Selasa, Desember 08, 2009

MENUA...



Entah mengapa hari ini saya membayangkan bagaimana kelak bila tua nanti. Tidak ada seorang manusia pun yang bisa mengelak hal yang satu ini, kalo pun ada obat untuk mengurangi keriput tetapi belum ada obat yang bisa menunda menjadi tua. Hari ini setelah lama bepergian jauh dari rumah, saya kembali lagi. Ada papa dan mama yang rambutnya sudah didominasi dengan yang warna putih, sungguh Beliau sudah tidak bisa dikatakan muda lagi. Sudah tidak kuat lagi bila berlari, detakkan jantung mungkin sudah sangat kencang melebihi kencangnya detakkan ketika dulu jatuh cinta.
Beliau belum pikun tapi berlahan akan merasakan seperti itu, tidak ada yang terelakkan, tidak juga bila nanti saya menua. Bila saya tua maka keduanya akan berkali-kali lipat tua dari saya. Maka secara sengaja saya melambungkan khayalan memikirkan bagaimana saat saya TUA nanti.

Kita yang dalam kondisi sehat ini kelak sudah tak sehat lagi, kita yang sekarang kuat kelak sudah tidak kuat lagi, kita yang sekarang giginya lengkap kelak sudah tinggal dua seperti lagu ”burung kakak tua, giginya tinggal dua”, kita yang sekarang menarik kelak semua sudah berlahan-lahan memudar yang tersisa hanya keriput yang tersebar dimana-mana, kita yang sekarang bisa berlari kelak mungkin untuk berdiri saja sulit, kita yang sekarang mampu mengingat siapa saja kelak mungkin nama sendiri saja kita telah lupa, siapa nama anak kita, siapa saya, sudah makankah saya, tadi sholat apa, banyak yang telah kita lupakan, kita yang sekarang memutuskan memusuhi orang-orang yang berbuat baik kepada kita kelak mungkin hanya dia yang mau menjaga, merawat dan menemani masa tua kita. Kita yang sekarang bisa makan apa saja dengan lahapnya kelak mungkin untuk makan bubur saja kita harus pelan-pelan menelannya, kita yang sekarang masih muda dan bersinar kelak ketika menua hari demi hari semakin menua dan tidak bersinar secerah dulu, itulah proses menua yang akan kita lewati. Itu yang akan saya lewati (kita) mungkin Anda beda, hehe...

Saya menatap mata sendiri melalui pantulan sebuah cermin, nanti ada banyak kerutan disini, disini , dan disini juga, kaki ini sudah tidak kuat menahan bobot badan sendiri nanti, mata sudah tidak jelas melihat (sekarang saja saya perlu bantuan alat untuk bisa melihat dengan jelas), mulut sudah tidak lagi bijak berbicara, tangan sudah tidak kuat lagi berjabat, ingatanpun sudah semakin berkurang, semakin hari akan semakin berada pada titik nol, kembali menjadi anak balita. itulah yang ada di hadapan cermin ini beberapa puluh tahun nanti bila saya bercermin.

Kala saya menua...(dalam pikiran saya)
Sudah tidak ada suara yang keras ini yang tersisa hanya suara yang terpatah-patah sambil mengatur nafas yang iramanya sudah tidak beraturan. Sudah tidak ada lagi tawa kegelian bila merespon hal lucu yang tersisa hanya tawa dengan iringan batuk khasnya orang-orang tua. Sudah tidak ada lagi kacamata bertengger diwajah ini yang tersisa hanya ketidakmampuan untuk melihat jadi kacamata pun tak bisa banyak membantu. Sudah tidak ada waktu berkumpul dengan teman-teman yang ada hanya kesendirian sambil terus terbaring di kasur. Sudah tidak ada lagi kemampuan untuk minum cappucino yang sangat saya sukai yang tersisa hanya air putih yang selalu dianjurkan dokter untuk saya konsumsi. Sudah tidak ada lagi keinginan untuk bergitar sambil mencoba mengores-goreskan pulpen menulis lagu yang saya ciptakan sendiri yang ada gitar hanya bisa saya tatapi dan tidak mungkin bernyanyi karena bicara saja sudah tidak mampu. Sudah tidak ada, hanya yang ada tersisa saja.

Saat ini ketika saya belum menua...
Kuat saya genggam tangan Dua orang terkasih dalam hidup yang tiap nafasnya adalah nafas saya, tiap senyumnya adalah kebahagian buat saya, tiap marahnya adalah hukuman buat saya, tiap tetesan airmatanya adalah kutukan buat saya, tiap usahanya untuk membesarkan saya adalah tiap jengkal tubuh ini berangsur menjadi anak yang berguna, tiap doanya yang selalu tak pernah terhenti di tiap malam adalah kado di tiap hari saya, tiap yang dikatakannya adalah amanah buat saya, dan di tiap-tiap itu saya sangat memujanya, mencintainya, dan menyayanginya, sungguh tak tergantikan untuk semua tiap detik dari tiap hal yang Beliau usahakan untuk saya. Sungguh saya sangat mencintai dan menyayangimu ”Papa dan Mama”, Bahagia bisa menjadi Anakmu.

Akhir kata...
Semua yang muda akan menjadi semakin muda, hehe..akan menjadi tua pada waktunya. Tidak mungkin sendirian menjadi tua tetapi jadi tua itu sendiri jadinya bila tidak siap menerimanya.

-asd-



(pic:sumber lite note)

Tidak ada komentar: