Kamis, Juni 18, 2009

Kisah Kebencian




Adakah yang bisa mengatakan mana lebih baik dari keduanya, Membenci atau dibenci...

Terkadang saya ingin sekali mengetahui apa yang seseorang pikirkan sewaktu membenci seseorang. Karena beberapa kebencian yang saya lihat mampu bertahan lama dan terkadang sampe berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan ada yang sampe dibawa mati. Ironis sekali, bukan. Kok benci dibawa mati, ga percaya? coba aja tonton film "dendam sampai keliang kubur"...(ada ga ya filmnya, hehe)
Ini juga bukan berarti saya ga pernah membenci jadi sok nanya-nanya, tentunya saya juga pernah, tapi anehnya sebenci-bencinya saya bila sudah tidur keesokan harinya semua sudah bisa saya maafkan. Saya hanya perlu mengistirahatkan pikiran sejenak untuk bisa memulainya kembali tanpa beban, tanpa benci. Malah suatu ketika ada seorang teman yang nyeletuk pada saya, "itu penyakit, de. Penyakit lupa." Kalau la benar, sungguh beruntungnya saya memilikinya..(La jadinya kan ga bisa membenci). okeh balik lagi ke laptop (nyontek, pinjam ya mas tukul, hehe). Belakangan inikan sangat santer dibahas tentang konflik antara dua calon pemimpin kita, saya ga ngerti banget dan ga mau juga ikut2an membahasa, hanya ingin tahu apa ini juga salah satu contoh membenci? Terpulang dari itu semua, saya percaya bahwa kita sebenarnya tidak perlu punya penyakit lupa dulu untuk tidak membenci.

Menurut saya kebencian itu seperti sebuah ungkapan dari sebuah rasa "kekecewan" yang pada mulanya cuma 'marah', biasakan marah-marah dikit, namun kemudian lama kelamaan karena tidak ada yang diingat selain kejelekkan maka jadinya benci. Nah, kekecewaan seperti apa seh yang membuat seseorang akhirnya memutuskan untuk membenci. Saya yakin setiap orang yang sedang membenci saat ini merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri, malah terkadang binggung sendiri "Saya sudah benci setengah mati kok dia anteng-anteng aja seh" kalau udah begini lantas apa masih betah memelihara kebencian itu.

Dan sebaliknya bagaimana rasanya dibenci, karena saya tahu berada diposisi ini sungguh tidak mudah dan tentunya tidak enak. Yang saya dapatkan adalah daftar-daftar kesalahan, daftar ketidakpuasan, daftar kekecewaan, dan banyak lagi daftar-daftar yang intinya mengintimidasi hingga menurut orang yang membencinya dia pantas dibenci. Artinya orang-orang yang dibenci adalah orang yang "dianggap bersalah" oleh orang yang sedang mengibarkan bendera kebencian. Begitu mengerikan sekali kedengarannya ya, tapi tentunya ini tidak bisa kita abaikan bahwa ada orang yang tidak suka dengan kita, its not crime, right. Semua berhak suka ato tidak suka, tapi hanya sebatas itu saja, kalau sudah menjurus ke wilayah 'benci', lagi-lagi saya masih tidak bisa mengerti.

Saya jadi ingat ada yang bilang, "saya tidak suka dengannya bukan berarti benci, hanya tidak suka saja." ini bisa dimaklumi gumam saya dalam hati. tapi kemudian ada yang bilang, "Kalo saya benci dengan orang itu, pokoknya benci aja." loh..anehkan, hehe...

Seandainya ada pilihan, mana yang anda pilih membenci atau dibenci ? saya lebih baik tidak memilih dua-duanya, karena tidak ada yang pantas untuk dipilih, dan kalaupun saya tetap harus memilih saya akan lebih memilih untuk dibenci. Walau tentunya saya pernah membenci sesuatu ataupun seseorang, tapi ternyata itu tidak membuat saya tenang malah yang ada hati merasa gusar dan tidak rasonal dalam berpikir, belum lagi saya harus selalu mengingat kesalahan atau kekurangan orang yang saya benci, itu hanya mengotori pikiran saja, bukan.
Ini mengapa ketika saya dihadapkan dengan pilihan tadi biarlah saya memilih untuk dibenci saja, dengan alasan saya bisa hidup tenang tidak memberatkan hati untuk selalu berpikiran jelek, terserah orang ingat setiap jengkal kesalahan yang saya perbuat, tapi saya tidak akan berhenti untuk berlaku baik dengannya, itulah adanya saya, nobody’s perfect, right.


akhir kata,
seseorang yang memutuskan untuk membenci oranglain hanyalah ketidakmampuan dirinya untuk menerima kenyataan bahwasannya hidup ini berada diantara aku dan kamu...

-asd-

Tidak ada komentar: